Guru, dosen, peneliti, pakar, dan praktisi bahasa, serta kepala sekolah, mahasiswa, dan pelaku pendidikan lain dari 20 negara berdiskusi mengenai tren pengajaran bahasa melalui simposium internasional, the 13th Annual International Symposium of Foreign Language Learning (the 13th AISOFOLL), pada Kamis–Jumat [27–28/10]. AISOFOLL tahun ini diselenggarakan secara daring dan melibatkan pembicara utama dari Amerika Serikat, Indonesia, Inggris, dan Jepang. Mengusung tema “Keeping up with the New Trends in Language Teaching”, simposium ini membahas tren terkini dalam pembelajaran bahasa yang sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman.
Negara asal peserta AISOFOLL Ke-13: Arab Saudi, Australia, Brunei Darussalam, Hungaria, India, Indonesia, Kamboja, Korea Selatan, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Thailand, Turki, dan Uzbekistan.
Guru Bahasa Harus Ikuti Tren Pengajaran!
Plt. Direktur SEAQIL, R. Dian Dia-an Muniroh, Ph.D. menyampaikan betapa pentingnya bagi para pelaku pendidikan untuk terus mengembangkan diri supaya tidak tertinggal perkembangan pendidikan pada era industri 4.0. “Guru didorong untuk mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan sejalan dengan format pendidikan yang baru. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan digital yang tidak cukup dan buruknya koneksi internet, baik pada sisi guru maupun murid juga menjadi tantangan tersendiri,” kata Dian.
Lebih lanjut, Dian menambahkan bahwa AISOFOLL Ke-13 adalah forum yang tepat bagi para guru dan praktisi bahasa untuk menghadapi tantangan-tantangan pembelajaran bahasa saat ini, “Untuk menghadapi tantangan ini, guru bahasa, tenaga kependidikan, peneliti perlu mengikuti tren baru dalam pengajaran bahasa, dan saya yakin ini dapat dilakukan, antara lain melalui partisipasi aktif dalam AISOFOLL Ke-13,” ajak Dian.
Guru Perlu Inovasi Hadapi Tantangan Zaman!
Perwakilan SEAMEO Secretariat, Dr. Nithiananthini Kumarawel mengungkapkan, “Pandemi Covid-19 telah memengaruhi sektor pendidikan. Institusi pendidikan dipaksa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, sehingga tingkat learning loss kian meningkat. Masalah ini mendorong guru dan siswa untuk terus menyesuaikan diri terhadap pendidikan yang kini tidak lagi terbatas pada empat sudut ruang kelas, tetapi memaksa guru dapat menghadapi perubahan ini dan menciptakan inovasi-inovasi baru dalam pengajaran bahasa.”
Sejalan dengan tema yang diusung, AISOFOLL Ke-13 yang mengangkat beberapa topik mengenai pembelajaran bahasa, yakni, (1) Pendekatan, Metode, dan Strategi Pengajaran Bahasa di Masa Kini, (2) Cara Baru Penggunaan Media dalam Pengajaran Bahasa, (3) Kebaruan dalam Pengembangan Bahan Ajar Bahasa, (4) Pengembangan Asesmen di Era Terkini, dan (5) Kecenderungan Terkini Interaksi Kelas dan Strategi untuk Menghadapinya.
Deputi Direktur Program, Esra Nelvi M. Siagian, M.M., M.Ed., menyampaikan simpulan, “Artificial Intelligence (AI) dapat membantu guru untuk mempersiapkan dan mengevaluasi pembelajaran. Laju perkembangan teknologi yang cepat mengarah pada peningkatan kualitas sarana atau media pembelajaran bahasa. Selain menggunakan media pembelajaran terkini dan berkualitas, guru juga harus menerapkan metode dan strategi pengajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dan berpikir kreatif siswa.”
“Guru harus mengikuti kemutakhiran dalam bidang pengembangan materi ajar sebagai alat bantu dalam pembelajaran bahasa di kelas. Selain itu, agar penilaian dapat berkontribusi secara bermakna dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, penting bagi guru untuk memahami berbagai kegunaan asesmen dan memilih tes bahasa yang tepat sesuai dengan tujuan penilaian,” kata Esra.
Tentang AISOFOLL Ke-13
AISOFOLL merupakan simposium tahunan SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) yang telah dimulai sejak tahun 2010, sebagai forum bagi pendidik, praktisi, dan peneliti untuk berbagi hasil penelitian dan praktik baiknya mengenai isu dan tren dalam pengajaran bahasa. Pada simposium tahun ini, SEAQIL mengundang tujuh pembicara utama, yakni Dr. Gumawang Jati (i-TELL, Indonesia), Prof. John M. Norris (Educational Testing Service, Jepang), Dr. Matthew E. Poehner (Pennsylvania State University, Amerika Serikat), Professor Nigel Harwood (The University of Sheffield, Inggris), Professor Dr Ni Nyoman Padmadewi (Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia), Professor Robert Godwin-Jones (Virginia Commonwealth University, Amerika Serikat), dan Dr. Yuichi ONO (University of Tsukuba, Jepang).
Tentang SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL)
SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL) merupakan salah satu pusat regional dari The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Di Indonesia, SEAQIL berada di bawah koordinasi Kemendikbudristek dan berfokus pada pengembangan kualitas guru bahasa (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), Arab, Jepang, Jerman, dan Mandarin) serta tenaga kependidikan melalui pelatihan, seminar, lokakarya, dan pelayanan lainnya.